CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Kamis, 20 Maret 2014

Luruskan Orientasi: Ingin Menulis, atau Ingin Jadi Penulis?

Mem-posting ulang tulisan Juliana Baggot di Writer Unboxed. Setelah membaca ini, saya jadi berpikir ulang tentang minat saya, ke mana orientasi saya sebenarnya dalam menulis. Mungkin temen-temen pembaca juga bisa terbantu sedikit dengan tulisan ini. Btw, ini saya translate dari bahasa aslinya (maaf, nggak sempurna karena kemampuan Bahasa Inggris saya terbatas :p)

Dengar, aku tidak tahu bagaimana harus mengatakannya. Kau ingin menulis, atau kau ingin jadi penulis? Kuharap jawabannya adalah kau ingin menulis, karena menjadi penulis tidak sebaik itu.
Ini yang kuberitahukan pada tiap orang yang mengatakan padaku ingin menjadi penulis.Butuh 3-4 jam dalam sehari untuk dibimbing latihan. Aku berhenti sejenak, selama sepuluh tahun (berdasarkan karya Anders Ericsson pada keahlian). Orang-orang yang lebih gentar memiliki hasil yang lebih baik.
Aku mendapat email dari orang-orang yang menginginkan anaknya dipublikasikan. Jangan, kukatakan. Biarkan mereka mencintai karyanya dulu.
Aku mendapat email dari penulis hebat yang sudah berhenti menulis. Jangan berhenti, kubilang. Ingatlah kau pernah mencintai tinta ini, rimba kata ini yang kaubuat, anak ini berjalan melewatinya--bernapas lewat mulut yang terbuka. Mainkan lagi. Turunkan ukurannya. Jangan pikirkan apapun selain orang pertama yang membuatmu jatuh cinta. Ceritakan pada mereka sebuah kisah.
Aku mendapat email dari beberapa teman yang anak-anaknya tumbuh dengan mimpi menjadi seorang penulis. Mereka meminta saran. Aku berikan saran yang sama seperti saran tentang pernikahan--lakukan ini hanya jika kau terpaksa, jika tidak ada yang bisa menghentikanmu.
Aku mendapat sebuah novel dari novelis muda yang baik. Aku membaca beberapa lembar dan berkata, "Ceritakan padaku tentang seorang tetangga gila, pekerjaan yang buruk, rumor kematian yang pernah kaudengar, air, atau api..." Di sanalah dia. Di mana aku bisa menemukan kebenaran. "Tulislah itu."
Apa yang teringat adalah sesuatu yang bernilai. Itu terjadi karena suatu alasan.
Seperti ketika kau punya rahasia. Pada siapa kau akan membaginya? Pada siapa kau akan menyembunyikannya? Kenapa? Tanyakan pada dirimu hal yang sama. Cerita-cerita yang ingin kita bagi--dan yang membuat kita menolak untuk menyerah--adalah hal terbesar yang paling berharga dari diri kita.
Barangkali kau menulis karena kau kesepian. Kau mungkin berhenti ketika kau jatuh cinta. Ingatl kita masing-masing hanyalah diri dan halaman selalu ada.
Barangkali kau menulis karena memiliki kisah untuk diceritakan. Tidak bisa kubayangkan Hercules belajar menulis hanya untuk satu cerita, tapi beberapa cerita membara seperti itu, aku pernah mendengarnya.
Barangkali kau menulis untuk mendapatkan lencana di bahumu. Lencana mungkin menjadi sesuatu yang baik bagimu. Tapi mungkin kau harus memolesnya dari waktu ke waktu.
Atau barangkali kau menulis karena kau butuh. Kebutuhan adalah bagian terbaik dari kedisiplinan. Halaman tidak membutuhkan kita. Tidak pernah seperti itu, dan tidak akan pernah terjadi.
Tapi kebutuhan terus ada. Seperti sebuah mesin yang menggerakkan, menggerakkan, dan terus menggerakkan. Memiliki kemauannya sendiri. Dia bilang, "Sepuluh tahun? Aku akan memberimu seumur hidup."

Tulisan aslinya bisa dilihat di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar